Mengolah Limbah CPO Menjadi Bio Diesel
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Wikipedia
Tingkat: Genus
Klasifikasi lebih tinggi: Arecaceae
Sumber energi
utama di Indonesia berasal dari minyak bumi. Sektor yang berperan penting dalam
pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah sektor pertanian, industri, dan
transportasi yang setiap tahunnya mendapat subsidi dari pemerintah. Pada sektor
tersebut biasanya menggunakan sumber energi berasal dari bahan bakar minyak
(BBM) yaitu minyak diesel.
Sejak menjadi
negara pengimpor minyak bumi pada tahun 2005 maka subsidi untuk bahan bakar
minyak semakin membebani pemerintah Indonesia. Melihat keadaan seperti ini maka
pemerintah mulai melirik sumber energi alternatif yaitu gas alam, batu bara,
panas bumi, energi sinar matahari, energi samudra hingga bahan bakar nabati
(BBN).
Bahan bakar
nabati mendapat perhatian dari pemerintah karena di Indonesia tersedia cukup
untuk keperluan ekspor dan dalam negeri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh BPPT sumber bahan bakar nabati yang ada di Indonesia cukup banyak yaitu 30
jenis tanaman. Di antara 30 jenis tanaman tersebut yang paling memungkin di
pakai sebagai sumber bahan bakar nabati ada dua jenis tanaman yang layak
dikembangkan ditinjau dari aspek teknis dan aspek ekonomi yaitu kelapa sawit (Palm
Oil) dan jarak pagar (Curcas Jatropa).
Kedua jenis
tanaman ini sangat familiar bagi masyarakat Indonesia karena tanaman sawit
merupakan penghasil minyak mentah sawit yang kita kenal dengan Crude Palm
Oil atau CPO. Tanaman jarak pagar sudah dikenal sejak zaman
penjajahan Jepang yang digunakan sebagai minyak pelumas untuk mesin perang
tentara Jepang Pada Perang dunia ke-2 dan minyak mentah yang dihasilkan
oleh minyak jarak dikenal dengan nama Curcas Jatropa Oil atau CJO. Bahan
bakar nabati yang diolah dari kedua tanaman ini kita kenal dengan biodiesel.
Bahan bakar
biodiesel sesuai namanya di pakai sebagai pengganti atau campuran minyak yang
digunakan untuk mesin diesel. Biodiesel ini memang bukan 100 % tapi campurannya
terdiri dari 70 % minyak solar dan 30 persen dari Fatty Acid Metyl Ester atau
yang lebih dikenal dengan nama FAME. FAME merupakan produk turunan dari CPO dan
CJO lewat reaksi trans-esterifikasi. Untuk biodiesel dari minyak jarak
Indonesia pantas bersyukur karena satu-satunya negara di dunia yang mampu
membuat biodiesel dengan komposisi 100 persen dari minyak jarak.
Jika
biodiesel diproduksi dari CPO maka akan mengganggu pasokan untuk
keperluan industri lain yang berbasiskan CPO misalnya industri minyak goreng,
margarin, surfaktan, industri kertas, industri polimer dan industri kosmetik.
Selain itu kapasitas pabrik yang dibangun harus dalam skala besar dan harus
terintegrasi dengan industri CPO. Skala yang ideal yang minimum untuk
pembangunan biodiesel dengan berbahan baku biodiesel adalah 100 ribu ton per
tahun dengan laju pengembalian modal sekitar 6 tahun. Angka ini akan sulit
terealisasi mengingat industri lain juga membutuhkan CPO dalam jumlah yang
besar.
Tantangan yang
lain bagi pengembangan industri biodiesel adalah harga CPO dan bahan baku
pendukung lainnya cenderung naik, harus bersaing dengan BBM konvensional yang
sewaktu-waktu harganya bisa jatuh. Sebagian besar paten proses pengolahan
biodiesel di pegang oleh negara Jerman. Melihat kondisi seperti ini perlu
dilakukan inovasi untuk pengolahan biodiesel. Maka alternatif yang dipakai
untuk pembuatan biodiesel adalah menggunakan limbah dari produksi CPO atau yang
lebih dikenal dengan nama CPO parit.
Pada tahun 2005
Indonesia punya 360 pabrik CPO dengan produksi 11,6 juta ton dan
dihasilkan limbah cair sebanyak 0,355 juta ton. Limbah cair kelapa sawit
memiliki BOD sebesar 25.000 mg/l, COD sebesar 50.000 mg/l dan pH 4,2 (bersifat
asam) limbah ini akan menimbulkan masalah bagi lingkungan hidup jika
dibuang secara langsung.
Menurut
Kementrian Lingkungan Hidup batasan limbah yang dibuang ke alam
adalah 100 mg/l untuk BOD, 350 mg/l untuk COD dan kisaran pH
sebesar 6 – 9. Jika limbah cair ini dimanfaatkan untuk keperluan produksi
biodiesel dengan perkiraan hilang sebesar 10% maka kemungkinan FAME yang
akan dihasilkan sebesar 0,320 juta ton yang bisa diolah menjadi 7,093 juta
liter biodiesel/tahun.